lomban kupatan sungai tayu

Sejarah Tradisi Lomban Kupatan Sungai Tayu

Tradisi lomban kupatan mulai dilaksanakan pada tahun 1950-an. Makna dari lomban kupatan di ambil dari kata lomban yang artinya “praunan” atau menaiki perahu di sepanjang sungai. Tradisi ini diawali oleh leluhur yang bernama Pak Wedono.

Dulu, setiap seminggu setelah lebaran di bulan syawal, beliau dan punggawanya selalu bermain lomban (menaiki perahu di sepanjang sungai) dan menyembelih kerbau sendiri untuk dilarung ke laut sebagai wujud syukur. Wujud syukur juga ditujukan untuk keselamatan masyarakat yang mengikuti lomban (menaiki perahu di sepanjang sungai).

Larung sesaji Kepala dan kaki kerbau yang khusus didatangkan dari Kudus diarak sepanjang jalan oleh masyarakat Desa Sambiroto, Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Kriteria kerbau yang layak untuk di larung adalah kerbau yang memiliki badan besar dan bertanduk besar. Kepala dan kaki kerbau sebelum dibuang ke laut harus di rias dahulu. Seorang perias tidak boleh orang sembarangan, karena perias tersebut harus melakukan ritual tirakat dengan cara berpuasa.

Sehari sebelum acara arak-arakan dimulai, kepala dan kaki kerbau yang sudah selesai di rias dibawa ke rumah kepala desa Sambiroto. Kemudian, pagi harinya diarak oleh masyarakat setempat menuju ke tengah laut. Upacara Lomban biasanya dimulai pada jam 06.00 WIB. Bupati, Kapolres, BNPB, camat dan polsek ikut serta menghadiri kegiatan ini. Rute arak-arakan dimulai dari depan Kantor Kepala Desa Sambiroto hingga dermaga TPI Sambiroto. Arak-arakan dimeriahkan oleh beberapa drum band, gunungan berisi sekitar seribu ketupat dan lepet, kesenian barongan, dan ribuan masyarakat yang berkerumun sepanjang rute arak-arakan.

Untuk tahun ini, lomban kupatan dilaksanakan pada hari kamis, 18 april 2024.

Baca juga: https://www.puskompati.org/tokoh-dan-sejarah-kabupaten-pati-syekh-ronggo-kusumo-ngemplak-margoyoso-pati/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *